Saturday, August 22, 2009

Mohon Maaf...

...atas segala kesalahan dan ketidaklucuan saya baik di blog maupun di facebook, twitter, plurk, messenger, dan SMS. Oh iya, di dunia nyata juga...

Selamat menunaikan Ibadah Shaum di bulan Ramadhan...

Wednesday, August 12, 2009

365 Teman...

Ini cerita yang sudah lama sekali...

Alkisah, seorang teman kuliah Bapakku punya kesulitan finansial. Saking sulitnya, si teman ini bahkan tidak sanggup menyewa kos-kosan yang paling murah sekalipun. Namun sebagai mahasiswa perguruan tinggi terkemuka di kotanya, si teman ini nggak gampang menyerah. Setiap hari dia menginap di satu rumah relasinya dan numpang makan di sana. Uniknya, dalam satu tahun setiap rumah hanya diinapi sekali saja, total jumlah relasi si teman ini 365 orang. Begitulah Bapakku menjelaskan pentingnya membangun relasi...

Mendapatkan cerita yang sangat berkesan seperti itu, dalam diriku terpatri dengan kuat bahwa tahun-tahun kabisat adalah masa yang sangat sulit...

Monday, June 08, 2009

Membuat Slogan untuk Kaos

Saya lagi hobi membuat slogan untuk kaos, habis itu disubmit dan direview sama orang lain. Slogan-slogan yang sudah saya buat sampai saat ini:

  • Gravity could not stop me
  • I'm a peacemaker. I made my dog befriend my cat
  • What would happen to gravity if Newton were under Durian tree?
  • I'm not stupid, just not as smart as everyone else...
  • Reality is a place to run away from a nightmare
  • You don't have to succeed at the first time unless you skydive
  • I could take you to the future, just wait a second
  • Irreplaceable Benchwarmer
  • JUST MARRIED. Yes, I couldn't afford the car
  • Tomorrow never dies, but we do
  • I'm a bad liar and I'm handsome
  • My English is perfekt...
  • your shirt looks better than mine
  • one hot ice tea please...

Ada usul lain? Silakan meninggalkan pesan di komentar yah... :D

Test Selera Humor

Belakangan ini beberapa teman mengeluhkan joke saya yang tidak dapat dipahami secara langsung. Untuk mengetahui kecocokan selera humor saya dan anda maka saya akan menunjukkan sepotong hasil chat saya dengan seseorang yang selama hidupnya banyak mempengaruhi selera humor saya. Anton (bukan nama sebenarnya), adalah penggemar bulutangkis asal Jogja. Dia hendak meminta tandatangan Dicky Palyama (pemain bulutangkis no.1 Belanda) lewat teman saya yang juga temannya Dicky. Berikut pembicaraan kami:

Anton: awak nitip tandatangan diki yah
HabsQ: :))
HabsQ: malu ah mintanya
Anton: bukan diki firasat (pemain Persib, red), diki palyama
HabsQ: nanti kalau saya minta temen saya, dia jawab gini
HabsQ: "kamu minta ttd Diki ga minta ttd saya?"
HabsQ: "saya lebih jago dari Diki loh"
HabsQ: ya nanti saya email deh
Anton: "dari mas, sy minta traktir aja deh"
HabsQ: :))
HabsQ: saya bilang gini aja ya
HabsQ: temen saya fans Dicky Palyama
HabsQ: minta tandatangannya dong
HabsQ: nama fans: Anton
HabsQ: skill: advanced
HabsQ: stamina: below average
Anton: stat stamina nya keep hidden aja deh kyknya
HabsQ: pasti nanti di-scout Ton, percuma
HabsQ: Ton
HabsQ: pembicaraan ini saya tulis di blog yah
HabsQ: *dengan sedikit modifikasi tentunya*
Anton: weks
HabsQ: jangan minta royalti yah

Kalau Anda tertawa maka selera humor Anda cocok dengan saya, which is sangat-sangat mengkhawatirkan. Kalau Anda nggak ketawa sama sekali maka saya ucapkan selamat untuk Anda!!

Tuesday, May 12, 2009

Cerita Dari Groens Cup 2009

Groens Cup adalah even olahraga multi-event yang diselenggarakan setiap tahun di Groningen, Belanda untuk Orang-orang Indonesia yang bermukim di Belanda maupun Warga Negara Belanda keturunan Indonesia. Saya bermain di cabang bulutangkis tunggal putra dan ganda bebas bersama Istri.

Hari Pertama


Tunggal Putra

Saya ini tipe orang yang nggak pernah menang apapun kalau ikut undian berhadiah dan hal-hal semacamnya. Tahun lalu di Groens Cup saya dan Linda langsung kebagian melawan Melvin/Kimberly (yang akhirnya jadi juara) di babak pertama. Tahun ini saya kembali beruntung dan di pertandingan pertama tunggal putra langsung dihadapkan dengan Wibi (juara tunggal putra tahun lalu di Groens Cup). Awalnya saya berniat untuk main tidak terlalu ngoyo karena meskipun kalah, saya tetap bisa lolos ke perempat final kalau bisa mengalahkan lawan lainnya yang menurut saya levelnya masih jauh di bawah Wibi. Dikombinasikan dengan badan yang belum panas dan perasaan belum nyaman dengan lapangannya, saya kalah mudah di set pertama. Tersengat karena dibantai, di set kedua saya berniat untuk melawan sampai lupa kalau rencana awal adalah untuk main tidak terlalu ngoyo. Set kedua berlangsung ketat walaupun akhirnya saya bisa menang sehingga skor menjadi 1-1. Di set terakhir, pertandingan masih ketat juga, namun Wibi berhasil leading sampai 20-15. Saya berhasil mencuri 4 poin sehingga skor menjadi 20-19 untuk Wibi, namun akhirnya harus kalah 21-19. Dua pertandingan lain di grup berhasil saya menangkan straight set sehingga bisa tetap lolos ke babak perempat final. Melvin juga lolos setelah menang mudah tiga kali berturut-turut tanpa kehilangan satu set pun, begitu juga Wibi dengan dua pertandingan sisanya.


Ganda Bebas

Saya dan Linda sebetulnya agak kecele ketika tahu di Groens Cup 2009 ini tidak ada cabang ganda campuran. Berhubung nama kami terlanjur dimasukkan di dalam daftar ganda bebas maka kami berniat main lepas saja karena sebagian besar peserta adalah pasangan ganda putra. Berbeda dengan undian grup di tunggal, di ganda bebas kami lebih beruntung karena tidak perlu ketemu dengan ganda tangguh Melvin/Wibi atau pasangan Eindhoven yang lumayan kuat Sammy/Grant. Saya dan Linda berhasil memenangkan semua pertandingan di grup. Lucunya kami ketemu dengan Mbak Tina di pertandingan kedua yang juga satu-satunya ganda campuran yang kami hadapi di Groens Cup ini. Melvin/Wibi dan Sammy/Grant juga nggak menghadapi masalah di penyisihan grup.

Hari kedua

Tunggal Putra

Saya berangkat ke lapangan tanpa tahu siapa calon lawan di perempat final. Setengah jam sebelum pertandingan yang dijadwalkan, saya diberi tahu Linda via telpon kalau nama saya sudah dipanggil oleh panitia dan diancam WO kalau tidak segera muncul :) Bonusnya, Linda bilang lawan saya adalah Melvin (haduhhh.... ). Saya yang masih dalam perjalanan pun lari terbirit-birit ke lapangan sebelum akhirnya ketemu Melvin di dekat pintu sport centrum yang kemudian bilang kalau saya sudah kalah WO sambil cengengesan, untungnya dia cuma becanda :P Saya buru-buru ganti pakaian dan bersiap-siap di lapangan sambil banyak-banyak berdoa. Melvin ini kelasnya minimal satu level di atas saya, karena itu niat saya adalah untuk bermain habis-habisan dari awal, syukur-syukur kalau bisa dapat set pertama. Ternyata harapan saya bener-bener jadi kenyataan, di set pertama Melvin masih sering membuat kesalahan sendiri dan saya main enak sekali sehingga akhirnya bisa unggul 21-18. Saat itu penonton makin banyak dan anehnya saya bukannya nervous malah tambah semangat. Tapi Melvin memang terlalu tangguh. Set kedua berhasil dia rebut meskipun pertandingan tetap ketat, skor 21-17 untuk Melvin. Di akhir set kedua kami minta break lima menit ke umpire. Saya sudah menggelepar di pinggir lapangan. Rasanya bertanding dua set melawan Melvin lebih berat dari bermain enam kali di hari pertama. Selama break saya dapat dukungan dari suporter Delft dan juga suporter netral. Mungkin mereka heran juga ya... kok ada geek yang bisa main badminton hehehe...

Akhirnya set ketiga dimulai juga. Pertandingan berlangsung ketat sampai skor 8-8. Mulai disini perbedaan fisik mulai kelihatan. Meskipun kami seumuran, tapi fisik saya seperti jompo kalau dibandingkan dengan Melvin. Melvin mulai mengendalikan permainan dengan menggunakan strategi yang tepat untuk memaksa saya lari-lari di lapangan. Saat itu tangan saya mulai gemetaran dan di akhir-akhir malah membuat error sendiri. Seperti sudah diduga, akhirnya Melvin menang dengan 21-16. Saya kalah tapi tetap bangga sekali karena penonton memberi aplaus untuk kami. Lebih-lebih setelah akhirnya Melvin jadi juara setelah menang mudah di semifinal dan final dengan straight set (melawan Wibi yang sepertinya kurang fit). Melvin memang top! Saluttt...


Ganda Bebas

Pertandingan perempat final ganda bebas mempertemukan pasangan saya/Linda dengan pasangan ganda putra Wageningen. Di luar dugaan, pertandingan berlangsung cukup cepat dan mudah. Sepertinya Linda sedang on-fire dan main bagus sekali di depan net. Dalam tempo tidak terlalu lama kami menang dua set langsung 21-8 21-13. Di babak semifinal kami akhirnya dapat jackpot karena harus melawan Melvin/Wibi. Pikiran saya, di single, lawan Melvin saya kalah, lawan Wibi juga. Sekarang saya harus lawan dua-duanya sekaligus hahaha... Saya sudah melobi mereka untuk gantian main seorang-seorang saja tapi ditolak :P Untungnya Melvin/Wibi cukup berbaik hati. Mereka bermain dengan tempo sedang dan tidak terlalu agresif walau tetap menang di set pertama. Saya dan Linda mencoba curi-curi kesempatan dan merasa sudah menang setelah berhasil mengambil set kedua meskipun akhirnya Melvin/Wibi berubah menjadi "agak" serius di set terakhir dan akhirnya menang 2-1. Di pertandingan ini kami dapat suporter ekstra karena didukung Mbak-mbak penonton yang senang melihat perempuan satu-satunya di babak perempat final dan semifinal ganda bebas. Melvin/Wibi sendiri akhirnya menjadi juara setelah tanpa kesulitan membantai semua lawan dengan straight set, termasuk di pertandingan final melawan Sammy/Grant.

Saturday, April 04, 2009

The Superhuman Four Eyed Jedi...

...amazing huh?


Wanna be a superhero too? No, you can't... I said NO!! Nooo... please don't click here...

Thanks to Tante Chitra The Talented Whipped Lash

Thursday, January 22, 2009

Jaman SMP

Karena banyaknya permintaan pembaca untuk menampilkan cerita-cerita saya di masa lalu, maka posting kali ini akan menampilkan sepenggal cerita yang menarik dan bermakna dalam... selamat menikmati.

Kala itu saya masih duduk di bangku SMP kelas dua. Bersama teman sekelas saya, Agus, kami berencana bermain bulutangkis di gedung olahraga yang terletak di dalam sekolah. Pintu masuk utama yang biasa kami lewati ternyata terkunci, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan melewati pintu yang terdapat di ruang guru. Bagi saya pribadi, ruang guru adalah tempat yang wajib dihindari kecuali terpaksa... maklum, di SMP saya, ruang guru sering diidentikkan sebagai tempat dimana murid-murid yang badung sering dipanggil untuk diberi "pengarahan".

Karena kami tidak punya pilihan lain untuk memasuki gedung olahraga, kami memutuskan untuk masuk ke ruang guru. Yang dimaksud dengan ruang guru sebenarnya adalah sebuah ruangan yang sangat besar dengan banyak meja dan kursi dimana semua guru kecuali kepala sekolah berkantor disitu. Ruang guru yang biasanya ramai saat itu sangat kosong karena memang hari sudah sore. Hanya ada satu guru yang terlihat sedang melakukan sesuatu di mejanya.

Tidak seperti saya yang clueless, Agus adalah anak yang mengerti tata krama dan sopan santun. "Selamat sore Pak, kami permisi mau ke lapangan bulutangkis", sapa Agus yang kemudian saya ikuti dengan mengucapkan kalimat singkat "sore Pak".

Tidak ada reaksi apa-apa dari guru tersebut.

Agus pun menyapa dengan lebih keras, "SELAMAT SORE PAK, KAMI PERMISI MAU LEWAT".

Masih tidak ada reaksi.

Merasa dicuekin, kami pun ngeloyor saja untuk memasuki gedung olahraga. Tak disangka, ketika kami hendak membuka pintu ke gedung olahraga, guru tersebut kemudian memanggil. "Kalian, coba kemari sebentar", ujarnya. Kami pun datang mendekati guru tersebut.

Sang Guru: "Kalian kelas berapa?"
Agus dan saya: "Kelas 2-3 Pak"
Sang Guru: "Kalian tahu apa kesalahan kalian?"
Agus dan saya: (bingung)
Sang Guru: (suara meninggi) "Sudah kelas 2 harusnya mengerti sopan santun dong, masak lewat ruang guru tidak memberi salam atau minta izin, memangnya ruang guru ini milik kalian?"
Agus dan saya: "&^%$%#@$^$%#!!"

Moral cerita ini:
Tata krama dan sopan santun adalah hal yang sangat penting, namun korek kuping juga tidak kalah pentingnya.

Tuesday, December 16, 2008

Oh Okonomiyaki!

Memasak adalah suatu proses mempersiapkan makanan dengan memanaskan, memilih, menimbang, dan mengkombinasikan bumbu dalam urutan tertentu untuk menghasilkan makanan yang aman dan layak makan [diterjemahkan dengan suka-suka hati dari wikipedia]. Makan adalah proses penurunan nilai produk (makanan) demi memenuhi keinginan perut. Gosipnya sih, dengan makan kita memperoleh energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari... yeah rite... Diantara kedua proses tersebut, hanya ada salah satu yang kugemari dan itu bukan memasak. Selama beberapa puluh tahun hidup ini kegiatan masak-memasak bisa dihindari dengan memakan masakan Ibu, membeli makanan dari warung, atau meminta Istri memasak.

Tapi kali ini situasinya sedikit berbeda. Jauh dari rumah, tidak ada warung di sekitar sini, dan Istri sedang sering di kantor. Maka tinggallah kusendiri kelaparan berguling-guling di rumah. Solusi awal yang paling masuk akal adalah dengan memasak mie instan. Bosan dengan mie instan, aku terpaksa coba-coba membuat makanan instan lainnya seperti nugget, nasi goreng bumbu instan, maupun telur dadar kornet orak-arik. Belakangan, tanpa sengaja aku menemukan website masak-memasak yang lumayan lengkap. Ada satu resep yang sangat menarik di sana, judulnya: Okonomiyaki.

Resep yang terpampang disana tampak tidak terlalu sulit untuk dibuat. Maka dengan memberanikan diri akupun mencoba membuat Okonomiyaki dengan bantuan (sekitar 90%) dari Istri tercinta. Beberapa perubahan terhadap resep harus dilakukan mengingat keterbatasan bahan dan jarak rumah-supermarket plus udara dingin menusuk yang memungkinkan kita menyimpan makanan di luar rumah tanpa takut basi.

Tanpa basa-basi lagi, inilah cara membuat Okonomiyaki... eng ing eng...

Bahan-bahan yang diperlukan:

Tepung terigu sekitar 100 gram
Air putih plus minus 75 ml (jangan sekali-kali menggunakan susu soda, dijamin tidak enak)
Telor ayam satu butir
Kubis (tidak kupakai karena nggak nemu di rumah)
Garam secukupnya, tidak pakai juga tidak apa-apa

Untuk toppingnya:
Ayam (aku pakai nugget, 4 biji cukup, laki2 perempuan sama saja)
Jagung (setengah cukup deh)
Bawang bombay sebutir
Bakso ikan 4 butir

Saus:
Mayonaise
Sambal

Sudah siap semuanya? Belum? Kutungguin... udah belum? Belum juga?? Ga peduli... ayo kita mulai.

Langkah pertama:
Pecahkan telur ayam dengan penuh kelembutan. Campurkan dengan terigu dan air. Tambah garam secukupnya. Obok-obok hingga rata. (Ah cemen...)

Langkah kedua:
Siapkan wajan, beri minyak sedikit, ratakan ke wajan, dan kemudian panaskan.

Langkah ketiga:
Siapkan toppingnya. Potong jagung, nugget, bawang bombay, bakso ikan, dan bebek angsa (yang terakhir bo'ong). Engga usah rapi-rapi, nggak ada yang ngasih nilai kok.

Langkah keempat:
Tuang topping ke wajan. Goreng hingga hampir matang. Bentuk toppingnya menjadi bentuk jajaran genjang (kalau susah bulet aja gpp).

Langkah kelima:
Masukkan adonan terigu ke dalam wajan. Tumpuk di atas toppingnya. Pluk. Ratakan. (rata kan?)


Langkah keenam:
Panaskan api kompor sampai medium dan tunggu sekitar 5 menit. Balik adonan, kalau susah dipotong dua dulu juga gpp. Biarkan selama 5-10 menit. Hati-hati gosong... tapi jangan khawatir, meskipun gosong okonomiyaki ini masih bisa digunakan untuk melempar Bush Jr.



Langkah ketujuh:
Sajikan di piring putih atau hitam. Tambahkan mayonaise dan saus di atasnya (slurpppp). Potong dan siap dihidangkan =P~


Demikian resep sederhana dari Chef Habib. Sampai jumpa di resep berikutnya: memasak telor dadar. Apa? Nggak mau? Udah tahu? Sombong ih...

Monday, November 10, 2008

Lays Egois

Setelah sekian lama meninggalkan dunia per-blog-an akhirnya semangat untuk menulis itu kembali muncul. Tapi jangan berharap terlalu banyak dari tulisan kali ini karena terlalu banyak itu tidak baik (lho?).

Topik posting kali ini sederhana saja, yaitu mengenai makanan ringan kegemaran saya: Lays. Survey membuktikan bahwa Lays adalah makanan ringan terfavorit di Belanda, selain itu, survey lain mengungkapkan bahwa menulis tentang makanan ringan favorit saya adalah sama menariknya dengan membahas jumlah anak tangga yang saya lalui setiap harinya. Kesimpulan: anggap paragraf ini tidak pernah ada.

Perjumpaan pertama saya dengan Lays terjadi ketika Saya dan Istri tiba di Belanda. Selagi melakukan pendaftaran ulang di universitas, kami diberikan sebuah paket berisi berbagai macam survivor kit untuk hari-hari pertama di Belanda. Di antara survivor kit tersebut terdapatlah satu bungkus indomie instan (ya, indomie di Belanda sama populernya dengan bola-bola coklat di kantin GKU barat ITB) dan satu bungkus Lays versi biasa.

gambar diculik dari website lays.nl

Kesan pertama yang cukup baik dari Lays membuat kami menjadi pelanggan Lays sejati. Setiap kali kamu pergi ke supermarket, Lays menjadi pilihan utama sebagai teman-dikala-senggang dan teman-dikala-lapar-dan-malas-masak. Seiring waktu berlalu, variasi Lays semakin banyak. Superchips, Light, Baked, dll mulai memenuhi segala penjuru supermarket di kota anda (ha?).

Hampir semua variasi Lays pernah kami coba, tapi hanya ada satu Lays yang benar-benar mendapatkan tempat di hati saya, yaitu Superchips Heinz Tomato disingkat SHT. SHT, dengan bungkus warna hitam dan kentang warna coklat ini selalu berhasil menggoda saya untuk membawanya pulang dengan ditukar sejumlah euro. Yang unik dari SHT ini adalah rasanya yang sangat asam karena menggunakan saos tomat heinz dengan takaran yang tidak dikira-kira. Tingginya konsentrasi saos tomat heinz dalam Lays ini menimbulkan kecurigaan di beberapa pihak bahwa sebenarnya SHT bukanlah kentang dengan bumbu saos tomat tapi lebih ke tepat sebagai saos tomat dengan tambahan sedikit kentang.

Sampai saat ini saya belum menerima pengakuan orang lain selain saya yang menyatakan bahwa SHT ini merupakan Lays favorit mereka. Istri saya hanya makan satu cuil dalam setahun, Baqir (anak asuh kami) menggigit satu kali dan mengutuk selamanya. Reaksi teman-teman yang lain ketika makan SHT kebanyakan adalah memejamkan mata dan kemudian permisi ke kamar mandi. Karena hanya saya seoranglah yang menggemarinya maka Lays SHT ini mendapatkan julukan sebagai Lays egois. Dari saya - oleh saya - untuk saya - suka-suka saya.

Tuesday, September 30, 2008

Iedul Fitri

Taqabalallahu minna wa minkum

Shiyamana wa shiyamakum



Selamat Iedul Fitri 1429H

Mohon maaf lahir dan batin

Monday, July 28, 2008

Sunny

Belanda panas!

Tapi bukan itu yang mau disampaikan di posting ini. Seorang teman yang mentasbihkan dirinya sebagai "Si Keren" menantang saya untuk memainkan sebuah game yang cocok dimainkan di musim panas ini (apa coba?). Game bertajuk sunny ini adalah game sederhana namun mempunyai tampilan dan gameplay yang menarik.

Di game ini anda berperan sebagai seekor panda* yang imut meskipun tidak seimut saya (huekkk). Si panda ini membawa sebuah payung yang meskipun kelihatannya biasa saja namun mempunyai kekuatan tiada tara (duh kebiasaan nulis sembarangan deh). Objektif dari game ini adalah mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya dengan cara bertahan selama mungkin untuk tidak menyentuh permukaan jalan raya.


Untuk memainkan game ini mudah saja. Anda cukup menekan tombol klik kiri sekali untuk lompat dari mobil. Ketika sang panda tengah melayang, sedikitnya ada dua manuver yang bisa dilakukan. Dengan menekan klik kiri dua kali secara cepat maka sang panda bisa melayang lebih tinggi. Dengan menekan klik kiri satu kali maka payung akan tertutup dan si panda akan terjun bebas. Untuk terus bertahan anda harus melayang-layang atau mendarat di atas mobil. Jangan terlalu lama melayang karena payung si panda punya keterbatasan. Kumpulkan tomat untuk memperkuat payung di panda (like it makes any sense... but who cares?)

Untuk mendapatkan poin sebesar-besarnya cobalah untuk melayang selama mungkin. Semakin banyak mobil yang anda lewati tanpa mendarat, semakin tinggi poin yang anda peroleh, dan semakin tinggi juga resiko anda hehehe... Cara lain untuk mendapatkan banyak poin adalah dengan melakukan smooth landing. Smooth landing adalah landing di atas mobil tanpa menutup payung. Cukup berbahaya namun bonus yang anda peroleh menjadi dua kali lipat. Rekor saya sementara 311100, silakan coba pecahkan kalau bisa! B-)

*sebagian makhluk lain menganggap bahwa binatang tersebut adalah seekor beruang

Wednesday, July 16, 2008

Menggambar dan Mewarnai Lagi Yuk...

Ternyata cukup lama juga saya nggak gambar-gambar. Karena nggak tahan (?) akhirnya saya kembali bermain-main dengan kanvas. Kali ini 100% kerjaan digital, sketsa dibuat dengan software favorit saya yaitu MS Paint :P menggunakan airbrush ukuran sedang dan mouse biasa (beliin tablet donk T_T). Hasilnya dicopy-paste ke Sotosop.


Untuk pewarnaan, gayanya beda dari posting sebelumnya. Kali ini lebih mirip proses melukis konvensional. Seluruh layer diisi dengan satu warna dominan terlebih dahulu, baru kemudian diwarnai dengan menggunakan brush transparan (opacity 20-50%), proses ini saya kerjakan dengan kasar saja. Garis hitam dihasilkan dari proses "penghalusan" dengan menggunakan smudge tool.

Untuk rambut saya juga menggunakan smudge tool dengan strength 80-90% dan brush yang sangat kecil (sekitar 4 px). Untuk bagian ini sih perlu tingkat kerajinan dan ketelatenan yang lumayan tinggi, apalagi saya termasuk orang yang gampang bosen. Untung akhirnya (dianggep) selesai juga hehehe...

Tuesday, July 15, 2008

Karakteristik Manusia Berdasarkan Golongan Darah

Diforwardkan oleh seorang teman di milis. Bener apa nggaknya bisa diperdebatkan, tapi yang jelas ilustrasinya lucu dan menarik. Silakan klik pada gambar untuk memperoleh gambar dengan ukuran yang lebih besar.




Thursday, June 26, 2008

From Zero to One: Catatan Seorang Pemain Medioker

Sepakbola adalah salah satu hobi saya sejak kecil. Bersama saudara-saudara saya terutama adik saya yang satu ini, kami seringkali menghabiskan waktu untuk mempermainkan (kadang dipermainkan) si kulit bundar bersama. Sebagai penggemar sepakbola, kami tidak terlalu pilih-pilih soal lapangan. Kadang kami bermain di dalam rumah, di waktu lain di garasi rumah, atau di halaman. Biasanya pertandingan berakhir setelah partai sepakbola tidak bermutu yang kami mainkan memakan korban. Pagar rumah, kaca jendela, dan pot bunga adalah korban favorit kami. Tentu saja Ibu kami sering mencak-mencak dan menyuruh kami bermain di lapangan sepakbola sungguhan (yang kami terjemahkan sebagai instruksi untuk berhenti mengingat tidak ada lapangan sepakbola di kompleks rumah kami... oh, sedihnya jadi anak kota).

Hobi sepakbola ini jarang saya salurkan ke luar rumah, utamanya karena perasaan tidak pede dan merasa tidak jago. Badan yang pendek, fisik yang lemah, teknik yang memilukan, dan mental penakut adalah kombinasi terbaik untuk menghasilkan pesepakbola paling konyol yang pernah ada. Pertama kali saya melakoni pertandingan sepakbola di luar rumah adalah ketika saya menginjak kelas empat Sekolah Dasar. Semangat sepakbola total football (dimana ada bola, disitu semua pemain berkerumun dan saling menendang satu sama lain) membuat saya enggan untuk sering-sering mengejar bola. Satu-satunya aksi yang saya lakukan di pertandingan tersebut adalah sebuah tendangan super cantik yang menyebabkan bola masuk ke gawang sendiri.

Tidak banyak yang berubah ketika saya memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Daripada bermain bola di waktu pelajaran olahraga, saya lebih memilih untuk duduk-duduk di pinggir lapangan tanpa melakukan apa-apa. Sampai akhirnya suatu hari, seorang kawan mengajak saya untuk bermain bola di lapangan Saparua Bandung. Sebuah ajakan sinis memang, mengingat mengajak saya bermain bola tidak ubahnya seperti kucing mengajak tikus untuk sarapan bersama. Entah kenapa saya menyetujui saja tawaran tersebut, sekaligus membuat kawan tersebut terbengong-bengong tidak percaya. Sejak saat itulah karir sepakbola saya dimulai, sepakbola setiap hari minggu pun menjadi suatu keharusan. Sayangnya, bermain di lapangan Saparua secara rutin tidak serta-merta membuat saya jadi lebih jago. Hal ini memaksa seorang teman untuk berbaik hati memberikan saya saran agar bisa tampil lebih baik.

Teman yang baik hati dan gemar menabung (TYBHDGM): Saya tahu posisi terbaik buat kamu.

Saya: Apa? (Berbinar-binar)

TYBHDGM: Kamu harus bermain lebih ke kanan.

Saya: Tapi saya kan sudah di sayap kanan?

TYBHDGM: Ya. teruslah ke kanan lagi. Terus-terus... sampe ke luar lapangan.

Untungnya segala cacian dan makian yang saya terima masih belum cukup sadis untuk menyurutkan motivasi saya dalam bermain bola. Malah sebaliknya, keinginan untuk bermain sepakbola semakin menggebu-gebu, terutama ketika masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Di SMA saya setiap tahun diadakan kompetisi sepakbola antarkelas. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk untuk memamerkan kehebatan saya dalam menggocek si kulit bundar. Ehm, maaf, tadi saya bilang apa? Selama dua tahun pertama bermain di kompetisi antarkelas, peran terbesar saya adalah sebagai pengangkut kardus botol Aqua. Satu-satunya orang yang senang dengan keikutsertaan saya di kompetisi antarkelas adalah tukang teh botol langganan yang selalu mangkal di pinggir lapangan. Nasib baik baru mulai menyapa ketika masuk ke kelas 3. Pengacakan kelas yang sensasional menyebabkan komposisi gender di kelas saya tidak merata dimana jumlah perempuan jauh lebih banyak daripada laki-laki (asiikkk... :P). Dari sembilan belas lelaki beruntung yang bercokol di kelas kami, hanya dua belas orang diantaranya yang menggemari sepakbola. Dan seperti sudah diatur nasib, setiap pertandingan di kompetisi antarkelas berlangsung, ada saja satu pemain yang tidak hadir... akibatnya, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus terus-menerus berada di lapangan... hehehe...

Sebego-begonya saya main sepakbola, kalau terus menerus main dan mengikuti kompetisi akhirnya berkembang juga walaupun hanya sedikit saja. Ya, saya tekankan sekali lagi: sedikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttt saja. Dengan bekal skill yang pas-pasan inilah saya bertekad akan melanjutkan karir sepakbola di masa kuliah. Untungnya, kesempatan menjadi pemain utama di tim angkatan dan jurusan cukup terbuka. Bukan karena saya yang jago, tapi karena kultur sepakbola di sana tidak sekental pada saat masih SMA. Pada masa kuliah pula ini tim sepakbola ceria HB202 -yang diberi kode serupa dengan mata kuliah- terbentuk. Latihan fisik pun sering saya jalani, kadang-kadang di bawah terik matahari siang hari yang dengan sukses menghitamkan kulit saya yang memang tidak putih. Tiga tahun berkarir di berbagai kejuaraan banyak menghasilkan memori yang tak terlupakan walaupun tidak bisa dibilang mengesankan, terutama karena tim kami lebih banyak dianiaya daripada sebaliknya.

Lulus dari kuliah tidak membuat ketertarikan saya terhadap sepakbola menurun, hanya saja saya semakin kesulitan untuk mencari rekan bertanding. Untuk menghadirkan kawan dan lawan tanding setiap minggunya diperlukan usaha yang cukup keras, mulai dari pengorbanan waktu, pulsa, ongkos, dan biaya sewa lapangan yang sering pura-pura dilupakan. Belum lagi karakter sejumlah pemain yang sering tidak bisa ditebak, janji untuk datang namun hingga waktu sewa berakhir tidak nampak sama sekali batang hidungnya. Namun dibalik itu semua, saya merasakan kemajuan yang cukup berarti dalam skill olah bola yang ujung-ujungnya meningkatkan rasa percaya diri di lapangan.

Suasana sepakbola yang lebih kondusif akhirnya saya rasakan ketika menempuh pendidikan S2 di Belanda. Lapangan yang bagus dan banyak tersedia, antusiasme tinggi dari para pemain sepakbola, dan kesempatan untuk bertanding dengan jago bola dari mancanegara membuat semangat bermain bola semakin meninggi. Peran saya sebagai pemain terkonyol di lapangan sepertinya (atau perasaan saya saja) sudah tidak valid lagi. Sejumlah penggemar pun rela antri untuk meminta tanda tangan dari saya... oke, kalimat terakhir itu bohong. Pengalaman bermain sepakbola di berbagai kondisi semakin banyak. Kalau sebelumnya lebih sering berkutat di masalah hujan dan kualitas lapangan yang buruk, di Belanda saya bermain bola di tengah badai, salju, maupun suhu super-dingin yang sama sekali tidak cocok untuk manusia-manusia yang berasal dari negara tropis.

Saat ini antusiasme sepakbola di komunitas kami memang tidak setinggi sebelumnya. Namun selama masih ada teman untuk bermain sepakbola maka saya akan terus bermain dan mengasah kemampuan saya dalam "merumput". Buat saya, sepakbola bukan hanya sekedar hobi, tapi sudah menjadi rasa yang sangat mendasar. Sama seperti rasa lapar, haus, maupun keinginan untuk ngupil... idih.

Catatan: tulisan ini diinspirasi oleh posting berjudul From Hero to Zero yang ditulis oleh seorang pemain berbakat yang sempat bermain bersama saya

Wednesday, June 25, 2008

Apa Bedanya Anda dengan Tokoh Itu?

Ini berita yang cukup menarik, detik.com memuat berita tentang kesaksian ahli (saya agak malas menggunakan kata "pakar") forensik akustik dari ITB, Joko Sarwono berhubungan dengan kasus Jaksa Urip dan Artalyta.

Pak Joko tampak berhati-hati dalam menjawab pertanyaan dari pengacara Artalyta, namun menurut saya malah membuat kredibilitasnya semakin terjaga.
Saat ditanya oleh pengacara Artalyata, OC Kaligis apakah benar suara yang dia teliti adalah suara kliennya, Joko menjawab diplomatis.

"Saya tidak katakan dia Artalyta tapi kedua orang yang suaranya diberikan ke saya adalah orang yang sama. Tugas saya hanya membandingkan kedua suara itu identik," jelasnya.

Yang lucu adalah pertanyaan dari ketua hakim Mansyur Chaniago yang sepertinya berusaha memastikan bahwa Pak Joko ini benar-benar pak... maksud saya, ahli.
Beda Anda dengan tokoh-tokoh di televisi itu apa? tanya ketua hakim Mansyur Chaniago.

"Saya tidak mau menyebut nama orang tapi beda saya dengan orang yang anda sebut tadi adalah backgroundnya. Kalau saya backgroundnya memang ini tapi kalau orang yang memang anda sebut tadi setahu saya fakultasnya Fikom," jawab Joko sambil senyum.
Saya tidak kenal siapa itu Pak Joko tapi mudah-mudahan beliau memang orang yang tepat untuk dimintai pendapat mengenai hal-hal semacam ini.

Berita selengkapnya bisa dilihat di sini.

Saturday, June 21, 2008

Aphado

Aphado, bukan "apa dong" adalah kata dari bahasa Korea yang bila diterjemahkan secara bebas berarti "Even if it hurts". Sayangnya penjelasan tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan posting ini. Loh, kalau begitu kenapa ditulis? Dengan memperbanyak jumlah tulisan saya berharap supaya blog ini tampak seperti blog yang ditulis oleh orang yang kreatif dan tidak pernah kehabisan ide, selain itu... -cut-

Oke, cukup OOTnya. Berikut ini saya tampilkan dua buah klip video yang menarik. Hanya saja sebelum pembaca yang budiman memutar kedua klip terebut maka ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan. Pertama, kedua video klip ini adalah cerita bersambung. Jadi menonton video kedua sebelum video pertama bisa dikategorikan sebagai sebuah ketidakcerdasan terencana, terutama karena saya sudah memperingatkan anda disini. Kedua, video kedua lebih penting daripada video pertama. Karena itu tontonlah video kedua setelah anda menonton video pertama, dan bila anda tidak punya cukup waktu untuk menonton kedua video tersebut, sebaiknya anda mencari video lain saja. Ketiga, bila anda termasuk orang yang jantungan over-sensitive, maka saya tidak menganjurkan anda untuk melihat kedua video di bawah ini. Keempat, siapkan tissue secukupnya. Kelima, bila tissue itu tidak digunakan harap dikembalikan ke tempat semula demi kenyamanan kita bersama.

Maka tanpa banyak basa-basi lagi, inilah kedua video tersebut. Selamat menyaksikan.






Seperti telah saya selatankan utarakan sebelumnya, video kedua akan mendapat perhatian lebih (loh, situ kok nangis-nangis? Saya aja nggak... nggak salah). Jadi bagi yang berani mencoba menyanyikan lagu kita hari ini bisa nyontek lirik berikut ini (makasih buat aheeyah.com).

Aphado

romanization by: Sabby ~NBK~ (also credit: aheeyah.com)

Aphado na noui sonul nohji anhulle
hanuri gajyogan naui sarangul
sumi maghidorog guriumi joeyo ojiman
nunmurun samkhyo yahe
yorin misomajo arumdaun nol
irohge nan bonel sun obso


[Rap]
Noui sonul kog jabun ne sondunge torojin nunmurun
nal dugo tonaganun nol midji mothan ne aphumdul
nunaphe pyolchyojin midul su obnun gwanggyonge
chijojil dud aphaonun ne gasumun munojigo
nomunado saranghedon uriduri yogie
non hanuri nege jushin ne sarange majimag gihoe
gurogie norul wihe ne modun gosul dwie
boryodun che mogsumboda gwihan noui gyothul jikhine


Ne sonul nohji mothesso
chagawojin noui hayan du sonul
narul chadnun noui majimag nungil
nan kuthi anirago marhago shipho


Nega garuchyojulge arumdaun uri yonghone sarang
nonun birog gyothe objiman nan gasumuro norul nukkil su isso oh


Werohi changgae dullyo onun bissori
majimag jagbyol insaman gathunde
sulphun kumirago nunul dashi gamabojiman
boiji anhnun noya
yorin misomajo arumdaun nol
irohge nan bonel sun obso


[Rap]
Mianhe hangsang norul sulphugeman hessogo
yongsohe aphun norul himdulgeman hessogo
amugodo gajin godo obnun nayojiman
non onjena ne gyotheso hangsang balge uso jwonungol
dwinudge huhoehamyo norul gide hebwado
non imi nawa darun sesanguro gaboryonungol
jogumman gidaryojul su igeni
nujojiman dashi norul mannal gunalkaji
let me say good bye


Ne sonul nohji mothesso
chagawojin noui hayan du sonul
narul chadnun noui majimag nungil
nan kuthi anirago marhago shipho


Nega garuchyojulge arumdaun uri yonghone sarang
nonun birog gyothe objiman nan gasumuro norul nukkil su isso oh


Aphado na noui sonul johji anhulle
hanuri gajyogan naui sarangul
sumi maghidorog guriumi joeyo ojiman
nunmurun samkhyo yahe
yorin misomajo arumdaun nol
irohge nan bonel sun obso
onuldo nowa nan kumul hamkehe


Terjemahan bebas tanpa nuansa politis apapun:

Even if it hurts

translation by: Jungie (also credit: aheeyah.com)

Even if it hurts, I'm not letting go of your hand.
The heavens have taken away my love and though
longing is suffocating me so I can't breathe
I have to swallow my tears back.
Even your fraile smile is beatiful.
I can't let go you like this.


rap) My tears have fallen on the back of my hand that's holding tightly
to yours.
My pain can't believe that you're leaving me behind.
My heart, hurting like it's being ripped in two, breaks down
before the unbelievable scene unfolding before my eyes.
Because we were so in love, because you were the last hope for my love
that the heavens had sent me, because that's who you were I threw
everything away behind me. You were more important than my life
and so I had protected you.


I couldn't let go your hand...
Your two cold white hands...
and your last gaze was looking for me.
I want to say that this isn't the end.


I'll teach you the beatiful love of our spirit.
Though you're not by my side, I can feel you with my heart.


The sound of the rain reaches the window
It seems like a last good bye.
I try to close my eyes again telling myself it's just a sad dream
but you're the one that I can't see.
Even your fraile smile is beatiful.
I can't let you go like this.


rap) I'm sorry, I always made you sad.
Please forgive me, I made it harder for you even
though you were already sick.
I had nothing to offer but still you smiled brightly for me.
Even if I wait for you, regretting too late, you've already
departed to a world different from mine.
Could you wait just a little bit?I t's a little late,
but just until the day I meet you again.
Let me say good bye.


I couldn't let go your hand...
Your two cold white hands...
and your last gaze was looking for me.
I want to say that this isn't the end.


I'll teach you the beatiful love of our spirit.
Though you're not by my side, I can feel you with my heart.


Even if it hurts, I'm not letting go of your hand.
The heavens have taken away my love and though
longing is suffocating me so I can't breathe
I have to swallow my tears back.
Even your fraile smile is beatiful.
I can't let go you like this.

Semoga anda-anda sekalian menikmati sajian dari saya hari ini. Seluruh kerabat kerja yang bertugas mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa di posting selanjutnya.

Monday, June 16, 2008

Daemon dari Golden Compass

Ikut-ikutan Mbak lite :P

See ya, Marcelo!

Ini posting yang sangat-amat-mamat-terlambat untuk dituliskan. Namun seperti kata peribahasa: "biar lambat asal selamat" "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" maka dengan semangat peribahasa tersebut maka posting ini tetap dilanjutkan meskipun mungkin tidak semua orang dapat dipuaskan (lho?).

Marcelo, teman kami dari Meksiko ini adalah anggota tim sepakbola ceria (sebelum diubah namanya menjadi sepakbola sersan) yang biasa berlatihsenang-senang bersama di lapangan hoki-yang-dipakai-main-bola setiap hari Sabtu pagi. Beberapa bulan silam Marcelo pindah ke Barcelona, Spanyol untuk melanjutkan karir akademisnya (sekaligus mematikan karir sepakbolanya). Di latihan terakhirnya kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama di tengah angin yang bertiup begitu kencangnya.


Berdiri (ki-ka): Julius, unknown, Jarot Inzaghi, Firman, Edi Edto'o, Jerry, HabsQ, Marcelo, Marwan, unkown, Kapten Endru, Tarek
Duduk (ki-ka): Nelson, Elpis, Tigor Nani, Yusuf bukan Ucup, Sertac, Nicky Essien, Edgardo

Pesan Marcelo kepada saya: tolong sebarkan foto ini, salam buat teman-teman di Delft, belajar yang rajin, dan jadilah anak yang baik dan berbakti kepada nusa dan bangsa (oke-oke saya ngarang yang dua terakhir)

Salam nendang!

Friday, June 13, 2008

Oh God, I Beg You

Oh God, I beg you...

Give me the wisdom,
to understand my boss.

Give me the love,
to forgive him.

Give me the patience,
to understand his deeds.

But God please,
don't give me the power.

Because if You give me the power,

I'll break his head


taken from a mailing list with some changes...
and no no, I don't hate my boss,
let alone breaking his head.
I'll think about something else smarter...