Suatu ketika di hari dimana angin bertiup lebih kencang dari sekedar sepoi-sepoi. Seorang teman bertanya kepada saya:
"Apa itu 'gertak sambal'?"
"Mengapa dinamai 'gertak sambal'?"
Saya tercengang. Pertanyaan teman saya ini menyadarkan bahwa selama ini saya tidak pernah mempertanyakan validitas penggunaan 'sambal' sebagai komplemen kata 'gertak'. Mungkin selama ini hal tersebut hanya menjadi concern Asosiasi Penikmat Kecap Sedunia yang merasa dianaktirikan karena ketiadaan istilah 'gertak kecap'.
Maka saya pun bertanya kepada guru saya, Pak Google. Meskipun sudah menghujani Pak Google dengan berbagai pertanyaan seperti: "Darimana asalnya kata gertak sambal', "Mengapa gertak sambal", "Asal muasal gertak sambal", dll, saya tak kunjung jua mendapatkan jawaban yang melegakan hati. Akhirnya sebagai solusi pemuas hati untuk sementara, maka saya memutuskan untuk membuat sendiri pembenaran dari penggunaan istilah 'gertak sambal'.
Sambal itu pedas Jenderal. Kadang bisa menyakitkan, tetapi jarang mematikan. Bisa dipakai untuk menakuti anak kecil, tapi tidak mempan terhadap kebanyakan orang dewasa (terutama dari suku Minang). Maka dari itulah gertakan yang tidak mematikan disebut sebagai 'gertak sambal'. Untuk melengkapi kosakata istilah kita, mari kita gunakan istilah 'gertak racun' untuk gertakan yang mematikan.
Sampai disini saya cukup puas dengan pembenaran yang baru saja dibuat.